Untuk membuka Folder masukan sandi 43211234,,untuk mendownload klik di file lagunya-klik-Unduh Sekarang,,Selamat mendengarkan

Download Lagu/film/ebook(Al-Islam)

Info Terbaru Kajian ISLAM Al-Ihsan

Download koleksi lagu sunda

5:56 PM Edit This 0 Comments »






Tinggal Klik Di Sini

Wanita Yang Mendapat Pujian Dan Wanita Yang Dilaknat Allah

5:17 PM Edit This 0 Comments »
Sejarah telah mencatat beberapa nama wanita terpandang yang di antara mereka ada yang dimuliakan Allah dengan surga, dan di antara mereka ada pula yang dihinakan Allah dengan neraka. Karena keterbatasan tempat, tidak semua figur bisa dihadirkan saat ini, namun mudah-mudahan apa yang sedikit ini bisa menjadi ibrah (pelajaran) bagi kita.

Wanita Yang Beriman

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Seutama-utama wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim.” (HR. Ahmad)

1. Khadijah binti Khuwailid

Dia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyah menyebutnya dengan ath thahirah (wanita yang suci).

Dia merupakan orang pertama yang menyambut seruan iman yang dibawa Muhammad tanpa banyak membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat semua orang mendustakan dan mengucilkan beliau. Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan bangsanya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan pada keluarganya.

Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti kebanyakan pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi luhur bangsanya. Karena keteguhan hati dan keistiqomahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitip salamNya lewat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di surga.

Tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka jika ia telah tiba, sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dari aku, dan sampaikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari mutiara di surga, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak pula ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari).

Besarnya keimanan Khadijah pada risalah nubuwah, dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah sehingga beliau selalu menyebut-nyebut kebaikannya walaupun Khadijah telah wafat. Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga beliau menyebut-nyebut kebaikan tentang Khadijah dan memuji-mujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu maka aku berkata: Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah meng-gantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau? Maka beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda: Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, dan menolongku dengan harta di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak padaku dan tidak dengan wanita (istri) yang lain. Aisyah berkata: Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”

2. Fatimah

Dia adalah belahan jiwa Rasulullah, putri wanita terpandang dan mantap agamanya, istri dari laki-laki ahli surga yaitu Ali bin Abi Thalib.
Dalam shahih Muslim menurut syarah An Nawawi Nabi bersabda: “Fathimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku.”

Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan suami tercinta. Dia korbankan segala apa yang dia miliki demi membantu menegakkan agama suami.

Fathimah adalah wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat puas dan suka bersyukur.

3. Maryam binti Imran

Beliau merupakan figur wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat mendekatkan diri pada Allah, sehingga Dia memberinya hadiah istimewa berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak.

4. Asiyah binti Muzahim

Beliau adalah istri dari seorang penguasa yang lalim yaitu Fir’aun laknatullah ‘alaih. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Betapapun besar kecintaan dan kepatuhannya pada suami ternyata di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta pada Allah dan RasulNya. Surga menjadi tujuan akhirnya sehingga kesulitan dan kepedihan yang ia rasakan di dunia sebagai akibat meninggalkan kemewahan hidup, budaya dan tradisi leluhur yang menyelisihi syariat Allah ia telan begitu saja bak pil kina demi kesenangan abadi. Akhirnya Asiyah meninggal dalam keadaan tersenyum dalam siksaan pengikut Fir’aun.

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata:
“Fir’aun memukulkan kedua tangan dan kakinya (Asiyah) dalam keadaan terikat. Maka ketika mereka (Fir’aun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah, malaikat menaunginya lalu ia berkata: Ya Rabb bangunkan sebuah rumah bagiku di sisimu dalam surga. Maka Allah perlihatkan rumah yang telah disediakan untuknya di surga sebelum meninggal.”

Wanita yang durhaka

1. Istri Nabi Nuh
2. Istri Nabi Luth

Mereka merupakan figur dua orang istri dari para kekasih Allah yang tidak sempat merasakan manisnya iman. Hatinya lebih condong kepada apa yang diikuti oleh orang banyak daripada kebenaran yang dibawa oleh suaminya. Mereka justru membela kepentingan kaumnya karena tidak ingin dimusuhi dan dibenci oleh orang-orang yang selama ini mencintai dan menghormati dirinya. Maka kesenangan sesaat ini Allah gantikan dengan kebinasaan yang didapat bersama kaumnya. Istri Nabi Nuh ikut tenggelam oleh banjir besar bersama kaumnya yang menyekutukan Allah dengan menyembah patung-patung orang shalih, sedangkan istri Nabi Luth ditelan bumi karena adzab Allah atas kaumnya yang melakukan liwath (homoseksual).

Semua cerita ini telah Allah rangkum dalam sebuah firmanNya yang indah dalam surat At-Tahrim ayat 10-12, yang artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah: dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam Surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim. Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehor-matannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabnya dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.”

Semoga kisah para wanita ini bisa menjadi pelajaran bagi para wanita zaman ini untuk berkaca diri, kira-kira saya termasuk golongan yang mana? Apakah golongan yang dicintai Allah atau yang dimurkaiNya?

Bagi wanita yang belum berumah tangga, saat ini merupakan kesempatan besar baginya untuk memperbanyak amalan shalih dan mendekatkan diri pada Allah, bukannya justru menghabiskan masa mudanya dengan hura-hura dan kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Dan bagi mereka yang sudah berumah tangga, selain menjaga keistiqomahannya dalam berIslam dia juga diberi beban tambahan oleh Allah untuk membantu suami menjalankan agamanya. Istri yang demikian meru-pakan harta yang paling berharga.

Dari kisah mereka, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan bagaimanapun, hendaknya ketundukan kepada syariat Allah dan RasulNya harus tetap di atas segala-galanya. Asalkan berada di atas kebenaran, kita tidak perlu takut dibenci oleh masyrakat, sahabat, maupun orang yang paling istimewa di hati kita. Justru kewajiban kita adalah menunjukkan yang benar kepada mereka. Dengan begitu kita akan mendapatkan cinta sejati .. cinta Allah Rabbul ‘alamin.

Mudah-mudahan kita selalu diberi keistiqomahan untuk menapaki dan mengamalkan syariat yang haq (benar) walaupun kita seorang diri. Amin.

Maraji’:
1. Ahkamun Nisa’, Ibnul Jauzi.
2. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani.
3. Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri.
4. Wanita-wanita Shalihat Dalam Lintas Sejarah Islam, Muhyidin Abdul Hamid.

KEBERANIAN HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB R.A

5:13 PM Edit This 0 Comments »
Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na’amah (Bangau). Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na’amah itu? Maka orang berkata: Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib. Sambut orang itu lagi: Dialah orang yang banyak memalu kita di dalam peperangan itu.
(Majma’uz Zawa’id 6:81)

Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf ra. dia berkata: Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na’amah di dadanya pada perang Badar itu? jawabku: Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: Dialah orang yang banyak memalu kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita. (Majma’uz Zawa’id 6:81)

Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah ra. dia berkata: Rasulullah SAW mencari-cari Hamzah pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: Di mana Hamzah? Maka salah seorang di situ menjawab: Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa RasulNya! Ya Allah, ya Tuhanku! Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentera Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentera Islam yang melarikan diri! Lalu Rasulullah SAW pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Bila Beliau melihat dahinya, Beliau menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau menarik nafas panjang. Kemudian Beliau berkata: Tidak ada kain kafan buatnya?! Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah SAW telah berkata: Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah pada hari kiamat.
(Hakim 3:199)

Cerita Wahsyi ra.

Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja’far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu’awiyah ra… dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah ra.), maka kami berkata kepadanya: Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah ra. Wahsyi bercerita: Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagai mana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah SAW ketika Beliau bertanya ceritanya dariku.

Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth’im, dan pamannya yang bernama Thu’aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Apabila kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan. Bila tentera Quraisy keluar ke medan Uhud, aku turut keluar bersama mereka. Aku seorang Habsyi yang memang mahir untuk melempar pisau bengkok, dan sebagaimana biasanya orang Habsyi, jarang-jarang tidak mengenai sasaran apabila melempar. Apabila kedua belah pihak bertempur di medan Uhud itu, aku keluar mencari-cari Hamzah untuk kujadikan sasaranku, sehingga aku melihatnya di antara orang yang bertarung, seolah-olahnya dia unta yang mengamuk, terus memukul dengan pedangnya segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Aku pun bersiap untuk menjadikannya sasaranku. Aku lalu bersembunyi di balik batu berdekatan dengan pohon yang dia sedang bertarung, sehingga apabila dia datang berdekatan denganku, mudahlahlah aku melemparkan pisau racunku itu.

Tatkala dia dalam keadaan begitu, tiba-tiba datang menyerangnya Sibak bin Abdul Uzza. Apabila Hamzah melihat Sibak datang kepadanya, dia berteriak: Mari ke sini, siapa yang hendak mencari maut! Dipukulnya dengan sekali pukulan kepalanya terus berguling di tanah. Maka pada ketika itulah, aku terus mengacung-acungkan pisau bengkokku itu, dan apabila aku rasa sudah tepat sasaranku, aku pun melemparnya kepada Hamzah mengenai bawah perutnya terus rnenembusi bawah selangkangnya. Dia mencoba hendak menerkamku, tetapi dia sudah tidak berdaya lagi, aku lalu meninggalkannya di situ sehinggalah dia mati. Kemudian aku kembali lagi untuk mengambil pisau bengkokku itu, dan aku membawanya ke perkemahan kami. Aku duduk di situ menunggu, dan aku tidak punya hajat yang lain, selain dari hendak membunuh Hamzah agar aku dapat dimerdekakan oleh tuanku.

Apabila kami kembali ke Makkah, seperti yang dijanjikan oleh tuanku, aku dimerdekakan. Aku terus tinggal di Makkah. Dan apabila kota Makkah ditakluki oleh Rasulullah SAW aku pun melarikan diri ke Tha’if dan menetap di sana. Apabila rombongan orang-orang Tha’if bersiap-siap hendak menemui Rasulullah SAW untuk memeluk Islam, aku merasa serba salah tidak tahu ke mana harus melarikan diri. Aku berfikir, apakah aku harus melarikan diri ke Syam, atau ke Yaman, ataupun ke negeri-negeri lainnya, sampai kapan aku akan menjadi orang buruan?! Demi Allah, aku merasakan diriku susah sekali. Tiba-tiba ada orang yang datang kepadaku memberi nasehat: Apa yang engkau susahkan? Muhammad tidak membunuh orang yang masuk ke dalam agamanya, dan menyaksikan syahadat kebenaran! Aku tidak ada jalan melainkan menerima nasehat itu. Aku pun menuju ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW Memang tiada disangka-sangkanya melainkan dengan tiba-tiba Beliau melihatku berdiri di hadapannya menyaksikan syahadat kebenaran itu. Beliau lalu menoleh kepadaku seraya berkata: Apakah engkau ini Wahsyi? Jawabku: Saya, wahai Rasulullah! Beliau berkata lagi: Duduklah! Ceritakanlah bagaimana engkau rnembunuh Hamzah?! Aku lalu menceritakan kepadanya seperti aku menceritakan sekarang kepada kamu berdua.

Apabila selesai bercerita, Beliau berkata kepadaku: Awas! Jangan lagi engkau datang menunjukkan wajahmu kepadaku! Kerana itu aku terus-menerus menjauhkan diri dari Rasulullah SAW supaya Beliau tidak melihat wajahku lagi, sehinggalah Beliau wafat meninggalkan dunia ini. Kemudian apabila kaum Muslimin keluar untuk berperang dengan Musailimah Al-Kazzab, pemimpin kaum murtad di Yamamah, aku turut keluar untuk berperang dengannya. Aku bawa pisau bengkok yang membunuh Hamzah itu. Ketika orang sedang gawat bertempur, aku mencuri-curi masuk dan aku lihat Musailimah sedang berdiri dan di tangannya pedang yang terhunus, maka aku pun membuat persiapan untuk melemparnya dan di sebelahku ada seorang dari kaum Anshar yang sama tujuan denganku. Aku terus mengacung-acungkan pisau itu ke arahnya, dan apabila aku rasa sudah boleh mengenai sasarannya, aku pun melemparkannya, dan mengenainya, lalu orang Anshar itu menghabiskan hidupnya dengan pedangnya. Aku sendiri tidak memastikan siapa yang membunuh Musailimah itu, apakah pisau bengkokku itu, ataupun pedang orang Anshar tadi, hanya Tuhan sajalah yang lebih mengetahui. Jika aku yang membunuhnya, maka aku telah membunuh orang yang terbaik pada masa hayat Rasulullah SAW dan aku juga sudah membunuh orang yang paling jahat sesudah hayat Beliau.
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:18)

Bukhari telah mengeluarkan dari Ja’far bin Amru sebagaimana cerita yang sebelumnya, cuma apabila orang ramai berbaris untuk berperang, lalu keluarlah Sibak seraya menjerit: Siapa yang akan melawanku? Hamzah pun keluar untuk melawannya, lalu Hamzah berkata kepadanya: Hai Sibak! Hai putera Ummi Anmar, tukang sunnat orang perempuan! Apakah engkau hendak melawan Allah dan RasulNya? Hamzah lalu menghantamnya dengan suatu pukulan yang keras menghabiskannya.

Keyakinan Abu Bakar R.a

5:12 PM Edit This 0 Comments »
Bismillaahirrohmaanirroohiem

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
[Al Isroo’:1]

Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan pengalamannya pergi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian ke langit ke 7 hingga Sidratul Muntaha dalam waktu semalam, maka orang-orang kafir Quraisy mentertawakannya, sementara banyak orang yang telah masuk Islam, akhirnya murtad kembali karena tidak percaya akan Isra’ dan Mi’raj.

Abu Bakar ra, ketika ditanyakan apakah dia mempercayai Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, tanpa ragu ragu beliau berkata, “Jika yang berkata demikian itu adalah Muhammad bin Abdullah, maka yang lebih aneh dari itu pun aku percaya, karena sesungguhnya Muhammad itu tidak pernah berbohong.”

Sayyidina Abu Bakar R.a tidak lah mengalahkan kita dalam jumlah rokaat sholat nya, tetapi beliau memiliki sesuatu yang tertata rapi di dalam hatinya, sesuatu yang tidak semua orang memilikinya, sesuatu yang menjadikan beliau kelak akan di panggil oleh delapan pintu sorga dan mendapat salam langsung dari ALLAH Azza Wajalla.

Sesuatu itu bernama keyakinan, IMAN yang sempurna.

Kisah pernikahan Rasulullah dan Siti Khadijah

5:11 PM Edit This 0 Comments »
Bermimpi Matahari Turun Ke Rumahnya

Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda,bangsawan, hartawan, cantik dan budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri.


Banyak pemuka Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus kerana tak ada yang berkenan di hatinya.

Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit,masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke semua tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya. Mimpi itu diceritakan kepada anak bapak saudaranya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.

Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.”

“Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah bersungguh-sungguh.”Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat.

“Dari suku mana?”
“Dari suku Quraisy juga.”

Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?”
“Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur.

Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?”
Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!”

Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.

Wanita pilihan ALLAH

5:10 PM Edit This 0 Comments »
Wanita pilihan ALLAH

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya.
Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.” (Muttafaq Alaihi dan Imam Lima).
Dan dalam sabdanya yang lain;
“Dunia adalah kesenangan sementara, dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah wanita (istri) yang sholehah.”. (Muslim, an nasa’i)



Banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadits Rasulullah yang mengajarkan kaum wanita, agar mereka dapat menjadi wanita pilihan Allah, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia.
Tentunya, dengan waktu yang singkat tidaklah mungkin kita hadirkan kajian ayat dan hadits yang sangat banyak sekali jumlahnya …, tetapi dengan sangat mudah kaum wanita dapat bercermin melalui ciri-ciri akhlaq mereka..
Beberapa ciri yang umum dari akhlaq wanita pilihan Allah adalah ;
Sebelum menikah, wanita sholehah akan selalu menjaga dirinya, ia tidak akan membuka satu hubungan khusus, kecuali jika ia mengetahui bahwa lelaki tersebut hendak meminang dirinya. Aqidah islam, kepahaman dan akhlaq calon suami, merupakan modal dasar dari kriterianya. Wanita sholehah tidak akan memperlihatkan auratnya pada kaum pria yang dilarang oleh syariat , dirinya tidak akan pula membiarkan bagian tubuhnya disentuh, walau hanya berjabat tangan oleh lelaki yang bukan muhrimnya dan yang tidak memiliki kepentingan.
Dalam proses perkenalan atau ta’aruf ia tidak akan membiarkan dirinya berdua-duaan dengan kaum pria. Menjawab salam, tidak berbicara kecuali hal yang mengarah pada kebaikan. Tidak menjatuhkan kehormatan dan martabatnya dengan memberikan peluang kepada kaum pria untuk mempermainkan dirinya. Tidak meminta harta maupun barang apapun selain kesungguhan calon suami untuk mempercepat proses akad nikah.
Dan..pada saat menikah dan setelahnya, ciri wanita sholehah tercermin dari akhlaq mereka ;
Menerima mahar sesuai dengan kesanggupan calon suaminya, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Wanita yang paling banyak berkahnya adalah mereka yang paling mudah maharnya”. (Ahmad dan Baihaqi).
Senantiasa taat dan melayani suami mereka selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah agama. Mendahulukan kepentingan suami dari pada kepentingan dirinya. Dapat menjadi pendengar yang baik, lemah lembut dalam berbicara, menghibur, mendorong hati suami ketika dalam kesulitan dan kesedihan, memberikan ketenangan dalam rumah tangga, dan senantiasa memperhatikan penampilan, kebersihan, kecantikan dan menjaga kesehatan dirinya, dan istiqomah dalam beribadah…
Ketika suami tidak dirumah, dirinya tidak akan pernah memperbolehkan lelaki yang tidak dikenal atau lelaki yang tidak disukai oleh sang suami masuk ke dalam rumahnya. Menjaga harta suami adalah bagian dari tugas istri yang sholeh, mengatur harta rumah tangga dengan tidak berlebihan dan tidak juga kikir adalah hal yang dianjurkan dalam agama. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, menyediakan makanan yang sesuai dengan selera suami, memperhatikan seluruh kebutuhan suami, adalah bentuk pengabdian yang selalu bernilai pahala.
Sebesar apapun, ia senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan oleh suaminya, tidak banyak mengeluh, sabar dalam menerima keterbatasan suami, tidak meminta sesuatu yang lebih dari kemampuan suaminya, menghormati orang tua suami, memperlakukan mereka dengan sikap terbaik, pemaaf dan pengertian, adalah sifat yang senantias ditunjukkannya.
Jika ia bekerja, maka ia akan menjaga dirinya dalam pergaulan, menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia, yang dapat mengantarkan dirinya dalam kemaksiatan. Memberikan sedekah kepada keluarga dari hasil pekerjaannya. Wanita sholeh adalah panutan dari anak-anaknya, mereka akan memberikan teladan yang terbaik bagi anak-anaknya, sabar dalam mendidik anak, tidak mengeluarkan perkataan yang tidak patut di contoh oleh anak-anak…
Setidaknya, inilah ciri-ciri akhlaq wanita sholehah..tentunya, kesholehan itu tidak datang sendirinya, ia memerlukan proses…

Dan wanita sholehah tentunya akan memilih lelaki pilihan Allah, yang bersama-sama mengantarkan dirinya melalui proses tersebut.. agar mencapai keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat..

Untukmu Wahai Para Muslimah

5:09 PM Edit This 0 Comments »
Kriiiing, kriiiiing, kriiiiing…

Pak pos lewat tepat di depan sekumpulan akhwat yang sedang LIQO’ (ngaji), tiba-tiba Pak pos menghampiri mereka “assalamu’alaikum”, “waa’alikumussalam”, jawab akhwat serempak. “afwan, ukhti… ini ada surat untuk mujahidah”, kata pak pos. “ooooh… syukron pak”. “ya.. afwan”, jawab Pak pos singkat, sesingkat beliau mampir ke tempat itu. “assalamu’alaikum” pamit Pak pos. “wa’alaikum salam” jawab jilbaber serempak. Tak sabaran merekapun membuka surat yang baru saja diterimanya.


Bereweeeek, sebuah amplop berwarna pink disobek, lalu seorang murobbiyahpun membacanya, dan mutarobbbiyah khusyu mendengarkannya “assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh“, seuntai kata dari surat itu mulai dibaca. “wa’alaikum salam warahmatullahi wabaraktuhu”, jawab jilbaber lagi-lagi kompak. “ukhti… yang dinantikan syurga“ satu persatu murobbiyah mulai mengalirkan kata-kata surat yang di bacanya.
Ukhti… Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang, atau mungkin kerudung besarmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan dikagumi oleh banyak ikhwan.
Ukhti… tertutupnya tubuhmu Tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manismu.
Ukhti… lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada sauadaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu.
Ukhti… lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa seklaipun dengan tetes darah terakhir, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.
Ukhti… Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu dilewati dengan rasa rindu menuju tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujudmu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.
Ukhti… Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat.
Ukhti… cantiknya wajahmumu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya dijadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu.
Ukhti… tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.
Ukhti… tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujhaid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya baerjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan.
Ukhti… lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari kleuargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berprilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemulyaan islam.
Ukhti…tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang kholikmu, antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul di jaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba?
Ukhti… Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keleuargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di atas rata-rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu.
Ukhti… rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau mushola, sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan menghawatirkan, tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan, maukah antum diberi rizki sepelit itu.
Ukhti… rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa di bohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk dilaksankan tapi, semangat ruhani tanpa disadari turun drastis, puasa yaumulbithpun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyahpun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

bersambung………..

Hijrah: Berpindah Dari Sistem Jahiliah Ke Sistem Islam

5:03 PM Edit This 0 Comments »
Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang; tahun demi tahun pun berlalu. Kaum Muslim kembali memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun yang baru, yakni kali ini memasuki Tahun 1426 Hijrah.


Di Tanah Air, dalam beberapa tahun belakangan ini, Tahun Baru Hijrah acapkali diperingati oleh kaum Muslim, menandingi Tahun Baru Masehi yang sudah biasa diperingati secara semarak. Jadilah Tahun Baru Hijrah diisi dengan berbagai kegiatan keislaman yang tak kalah ‘semarak’; mulai dari sekadar melakukan ‘Malam Muhasabah’ hingga menyelenggarakan ‘Festival Muharram’ yang antara lain diisi dengan nyanyian (nasyid) dan musik islami. Semua itu dilakukan oleh kaum Muslim dalam rangka menumbuhkan kecintaan mereka terhadap penanggalan tahun Islam, yakni Tahun Hijrah.

Memaknai Tahun Baru Hijrah

Menjadikan momentum Tahun Baru Hijrah untuk melakukan muhasabah (koreksi/ instrospeksi/ perenungan) atau mengisinya dengan kegiatan-kegiatan seni tentu sah-sah saja selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Namun demikian, yang lebih layak dan pantas dilakukankan adalah bagaimana kita menjadikan Tahun Baru Hijrah itu lebih bermakna.

Tahun Hijrah dalam sejarahnya bertitik tolak dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah. Para ulama memahami bahwa Hijrah Nabi saw. itu merupakan satu titik baru pengembangan dakwah menuju kondisi masyarakarat yang lebih baik. Sebab, selama berdakwah di Makkah, Rasulullah Saw banyak mengalami kendala berupa tantangan dan ancaman dari masyarakatnya sendiri, kaum kafir Quraisy. Kondisi buruk itu terus berlangsung selama kurun waktu 13 tahun sejak Nabi Muhammad Saw menerima risalah kerasulan. Pada saat yang sama, di Madinah dakwah Rasul Saw mendapatkan sambutan yang cukup baik. Beliau pun melihat adanya peluang bagi tegaknya kekuasaan Islam di sana. Oleh karena itu, Nabi Saw pun —sesuai perintah Allah— melakukan hijrah; beliau meninggalkan tanah kelahirannya di Makkah menuju Madinah. Di Madinahlah Rasulullah Saw berhasil memantapkan dakwah Islam sekaligus menegakkan kekuasaan Islam dalam institusi Daulah Islamiyah.


Makna Hijrah

Secara bahasa, hijrah berarti berpindah tempat. Sedangkan secara syar’i, para fukaha mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur ke Darul Islam. (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276).

Darul Islam dalam definisi di atas adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan yang keamanannya berada di tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat Islam atau keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta Hijrah Nabi Saw sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi Darul Islam). Walhasil, hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat yang baru, yakni masyarakat Islam.

Hijrah telah mengubah kaum Muslim yang pada awalnya merupakan kelompok dakwah di bawah pimpinan Nabi Muhammad Saw menjelma menjadi suatu umat yang memiliki kemuliaan, kedudukan, dan kekuasaan. Rasulullah Saw pun akhirnya menjadi seorang penguasa (hakim) yang menjalankan pemerintahan dan kekuasaan berdasarkan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepadanya. Hijrah telah mengubah masyarakat Madinah yang terpecah-pecah dalam sejumlah kabilah menjadi satu umat dan satu negara di bawah kepemimpinan risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw Hijrahlah yang menandai perubahan masyarakat Jahiliah menjadi masyarakat Islam yang memiliki peradaban yang luhur karena diliputi oleh nilai-nilai dan hukum-hukum Allah.

Dengan demikian, dengan Hijrah, kekufuran lenyap digantikan oleh keimanan; kejahiliahan musnah tertutup cahaya Islam; darul kufur terkubur oleh Darul Islam; dan masyarakat Jahiliah pun berubah menjadi masyarakat Islam.

Walhasil, melihat fakta hijrah Rasulullah Saw di atas, sejatinya kita dapat menangkap makna hakiki dari peristiwa tersebut. Makna hakiki hijrah Rasulullah Saw tidak lain adalah berpindah dari sistem Jahiliah ke sistem Islam. Hijrah semacam inilah yang juga sejatinya harus dilakukan kembali oleh kaum Muslim saat ini, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan kaum Muslim pada masa lalu. Itu tidak lain harus dilakukan dengan cara mengubah negeri-negeri Muslim saat ini yang berada dalam kungkungan sistem kufur, yakni sistem kapitalis-sekular, lalu membentuk satu negara, yakni Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah.

Hijrah: Momentum Kebangkitan Islam

Hijrah Rasulullah Saw ke Madinah boleh dikatakan merupakan momentum kebangkitan Islam yang selama 13 tahun diperjuangkan oleh beliau di Makkah. Tidak dipungkiri, pasca Hijrahlah —yang segera diikuti dengan pembentukan Daulah Islamiyah di Madinah— Islam mengalami perkembangan luar biasa. Bahkan, hanya dalam kurun waktu 10 tahun kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah, Islam telah tersebar di seluruh Jazirah Arab; seluruh Jazirah Arab sekaligus berada dalam kekuasaan pemerintahan Islam pimpinan Rasulullah Saw Inilah yang diabadikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an:

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. (Qs. an-Nashr [110]: 1-2).

Setelah Rasulullah Saw wafat, yakni pada masa Khulafaur Rasyidin, kekuasan Islam semakin merambah ke luar Jazirah Arab. Bahkan pasca Khulafaur Rasyidin —yakni pada masa Kekhalifahan Umayah, Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah— kekuasaan Islam hampir meliputi 2/3 dunia. Islam bukan hanya berkuasa di Jazirah Arab dan seluruh Timur Tengah, tetapi juga menyebar ke Afrika dan Asia Tengah; bahkan mampu menembus ke jantung Eropa. Kekuasaan Islam malah pernah berpusat di Andalusia (Spanyol).

Bagaimana dengan sekarang? Setelah 14 abad lebih dari peristiwa Hijrah, Islam saat ini memang menjadi salah satu agama yang mempunyai jumlah penganut terbesar di dunia. Namun, sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah pada tahun 1924, yang berarti menandai runtuhnya kekuasaan Islam, Islam dan kaum Muslim bukan saja mengalami kemunduran yang sangat parah, tetapi lebih dari itu, menjadi bahan ejekan dan hinaan bangsa-bangsa lain yang kafir. Posisi dan kondisi sosial-ekonomi dan politik umat Islam sangat memprihatinkan. Umat Islam bahkan banyak ditindas di negeri mereka sendiri. Posisi umat Islam yang pernah mengalami masa kejayaannya sejak zaman Nabi saw. sampai Kekhilafahan Ustmaniyah di Turki kini tinggal kenangan.

Negara-negara Islam, utamanya yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam (OKI), hampir tidak mempunyai bergaining position yang kuat dan memadai menghadapi kekuatan hegemonik Barat (AS) dan Zionis. Apalagi pasca Peristiwa 11 September 2001, Islam dan kaum Muslim betul-betul menjadi ‘bulan-bulan’ AS dan sekutu-sekutunya. Inilah masa-masa yang paling tragis yang dialami kaum Muslim saat ini. Besarnya jumlah kaum Muslim justru hanya menjadi ‘makanan empuk’ orang-orang kafir yang rakus. Keadaan ini persis seperti yang diramalkan oleh Rasulullah Saw beberapa abad yang lalu:

“Berbagai bangsa akan mengerubuti kalian sebagaimana orang-orang rakus mengerubuti makanan.” Seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada saat itu?” Rasul Saw menjawab, “Kalian pada saat itu bahkan berjumlah banyak. Akan tetapi, kalian seperti buih di lautan.” [HR. Abu Dawud & Ahmad].

Renungan

Dari paparan di atas, jelaslah bahwa Hijrah Nabi Muhammad Saw selayaknya dijadikan oleh kaum Muslim sebagai momentum untuk segera meninggalkan sistem Jahiliah, yakni sistem kapitalis-sekular yang diberlakukan saat ini, menuju sistem Islam. Apalagi telah terbukti, sistem kapitalis-sekular yang jahiliah itu telah menimbulkan banyak penderitaan bagi kaum Muslim, di samping menjadi alat bagi Barat (AS) yang kafir untuk menindas kaum Muslim.

Karena itu, momentum Hijrah sejatinya menjadi momentum kembalinya sistem Islam ke tengah-tengah kaum Muslim. Kembalinya sistem Islam, yang berarti kembali diterapkannya syariat Islam dalam kehidupan, tidak mungkin terwujud kecuali dalam institusi Daulah Khilafah Islamiyah. Karena itu, perjuangan menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah harus terus digulirkan dan menjadi agenda utama seluruh komponen umat Islam saat ini. Hanya dengan Daulah Khilafah Islamiyah-lah umat Islam akan kembali menjadi umat terbaik, sebagaimana firman-Nya:

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar, dan beriman kepada Allah. (Qs. Ali-Imran [3] 103).

Hanya dengan Daulah Khilafah Islamiyah pula, janji Allah SWT akan segera terwujud, sebagaimana firman-Nya:

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; sungguh-sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan sungguh-sungguh akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. (Qs. an-Nur [24]: 55).

Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []

Download Film Ayat-ayat cinta

12:55 AM Edit This 0 Comments »





Tinggal klik di sini

Koleksi Film Upin-ipin

12:42 AM Edit This 0 Comments »






Tinggal Klik Di Sini

Koleksi Ustadz Jepri (UJE)

12:38 AM Edit This 0 Comments »





Klik Di Sini

Koleksi Ceramah Aa Gym

12:31 AM Edit This 0 Comments »




Tinggal Klik Di Sini

Kumpulan Lagu MP3 bisa di Download di sini

11:02 PM Edit This 0 Comments »
Tinggal Klik Di Sini

Perjuangan Menuju Daulah Islamiyyah

9:06 AM Edit This 0 Comments »
Merindukan negara islam dan melaksanakan syari’atnya, dalam pandangan Al Quran
Merupakan kewajiban yang mulia dan harus direalisir. Tetapi mengapa, dalam pandangan ummat islam kini, kewajiban tersebut malah menjadi sesuatu yang menakut kan?


Mengapa kaum muslimin menginginkan berlakunya syri’at Islam dan berdiri Negara Islam? Pertanyaan ini kedengeran-nya aneh lebih-lebih jika di ajukan oleh seorang muslim. Adalah wajar jika kaum muslim tidak menginginkan syari’at dan Negara apapun kecuali syari’at dan Negara Islam. Justru, jika mereka menginginkan sebaliknya syari’at yang bukan syari’at islam dan Negara yang bukan Negara islam, penjelasan harus diminta.

Abul A’la Al-maududi memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang perlunya kaum muslimin memiliki Negara berdasar kan islam. Dalam bukunya, The Islamic Law Consititution beliau menerangkan begini. “Menurut al-quran, misi para Nabi adalah menegakan kebajikan dan keadilan sesuai dengan tuntunan wahyunya.

“sesunguhnya Kami telah mengutus beberapa orang Rasul kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan dan kami turunkan bersama mereka kitab-kitab syari’at neraca keadilan agar umat manusia dapat menaati hukum yang benar. Dan kami telah menurunkan besi untuk di jadikan senjata yang hebat dan manfaat yang lainnya bagi manusia agar Alloh mengetahui siapa-siapa sajakah yang membantu–Nya dan rasul-rasul-Nya dalam menegakan dienullah”. (QS.57:25)

Dengan demikian, islam ingin mengangkat kehidupan seseorang selaras dengan prinsip-prinsip prilaku individu dan sosial sebagaimana yang diwahyukan Allah, dan tidak memencilkan dirinya pada kekakuan-kekakuan kehidupan pribadi individu semata. Di lain pihak, ilmu politik mengkaji hubungan-hubungan manusia dengan Negara, dan manusia dengan manusia. Dalam islam, hal ini juga merupakan wilayah agama, karena ia mencakup semua segi kehidupan. Islam tidaklah menyutujui penyekatan antara agama dan politik. Islam ingin melaksanakan politik selaras dengan tuntunan yang telah diberikan agama dan menggunakan Negara sebagai pelayan Allah.

Islam mengunakan kekuatan politik untuk mereformasi masyarakat dan tidak memberikan masyarakat melorot ke dalam “tempat terakhir yang paling buruk”. Inilah agaknya yang mendorong Nabi pernah berdo’a agar para penguasa muncul dari golongan orang-orang beriman dan menjadi pendukung-pendukung kebenaran.

“ Katakanlah: “Ya Rabbi, masukanlah aku melalui gerbang kebenaran dan keluarkanlah aku melalui gerbang kebenaran pula. Dan berilah aku dari sisi Engkau kekuasan yang dapat membantuku”. (QS.17:80).

Hal ini menujukan bahwa reformasi yang dihendaki islam tidak dapat dilaksanakan melalui khutbah-khutbah saja. Kekuatan politik juga penting untuk mencapainya.

Inilah pendekatan islam. Dan konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa Negara harus dibentuk berdasarkan pola-pola islami. Inilah kekuatan keimanan islam dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Konsep Barat mengenai pemisahan agama dari politik (sekularisme) adalah asing bagi Islam; dan menganut paham ini sama artinya pembakangan hakiki dari konsep politik islam.

Apakah menginginkan agar Darul Islam (Negara Islam) di tegakan? Pertanyaan ini patut disertakan. karena sekitar tahun 80-an pernah terjadi polemik di sekitar pandangan bahwa dalam Al-qur’an tidak ada istilah Negara Islam. Mr.Mohammad Roem adalah yang pertama tama mengangkat masalah tersebut. Dan Dr.M.Rais dalam polemic itu juga termasuk yang berpandangan bahwa tidak ada istilah Negara Islam di dalam Al-Qur’an. Jawaban bagi pertanyaan ini sebenarnya ini tidak sulit.

Sudah pasti islam menginginkannya. Sebab misi Islam sangat jelas. Islam menghendaki, agar apa yang dipandang baik harus terjadi dan dilaksanakan. Dan apa yang dipandang buruk harus lenyap dan dihindari. Dan hal itu tidak mungkin bisa terpenuhi selama umat islam berada dibawah cengkeraman penguasa disebuah Negara yang tidak menghendaki berlakunya syari’at islam, Adanya pandangan bahwa kaum muslimin bisa saja membangun masyarakat islam didalam Negara yang bukan islam, hanyalah agan-agan ibarat membangun rumah laba-laba.

Hal ini harus di sadari sepenuhnya terutama oleh tokoh-tokoh organisasi islam secara kaffah di dalam Negara yang menggunakan system non Islam ,adalah sesuatu yang absurd. Apabila tokoh-tokoh Islam kini tidak mau menyadari kenyatan ini, maka hakekatnya merekalah yang ikut mempercepat misi Deislamisasi dan penyempitan terhadap ruang gerak Islam.

Tanpa adanya Negara dan kekuasan Islam, bagaimana kita harus merealisir firman Alloh:” Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang bathil telah leyap. sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”. (Al-Isra’,17:18)

Adanya kewajiban ummat Islam untuk menegakkan Negara Islam, telah dibahas secara panjang lebar oleh Prof.Dr.M.Yusuf Musa, MA dalam bukunya,”Nidhamul Hukmi fil Islam .”

Terhadap pertanyaan, apakah Islam mewajibkan berdirinya Negara Islam, Dr.Yusuf Musa menjawab:”Islam telah membawa ketentuan syri’at yang menjadi tuntunan otomatis bagi kepentingan wujudnya satu ummat dan Negara berdasar kan prinsip-prinsip yang rasional dan memenuhi kebutuhan masyarakat manapun pada setiap zaman dan tempat. Ciri khusus Islam ialah, misinya yang abadi, missi yang Allah jadikan sebagai penutup seluruh missi IIahiyah kepada manusia. Karenanya, Islam merupakan agama universal mencakup semua manusia yang berbeda kebangsaan, golongan warna kulitnya, sampai datang saatnya jagad ini diwarisi oleh Allah ( Kiamat).

Yusuf Musa selanjutnya mengatakan, ”Mengapa bukanlah suatu keharusan untuk mengakui bahwa pada bangsa Arab Islam dahulu, sekalipun pada kurun awalnya telah ada sebuah yang melaksanakan dan memperhatikan serta mengurus kepentingan ummat sesuai syari’at Alloh dan rasulnya. Dan memang, tidak kita dapati secara definitive di dalam Al-Qur’an dan sunnah yang shahih kaedah-kaedah umum yang menjadi landasan tatanan pemerintah dalam Islam.

Akan tetapi dengan mengambil kesimpulan prilaku Rasululloh dan para sahabatnya di Madinah yang telah menjadikan negeri itu tanah air bagi mereka untuk selamanya, maka menjadi sempurnalah langkah bangsa Arab dan kaum muslimin dalam menegakkan sebuah Negara yang memiliki segala unsur dan pilar-pilar : sebuah Negara yang oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasul diisyaratkan kewajiban menegakkannya. Dan hal ini sesuai dengan definisi tata Negara tentang Negara itu sendiri . Sebuah Negara yang memiliki yang berbeda asal-usul, bangsa dan warna kulitnya”.

Islam mendidik manusia supaya bersih jiwanya, sehat pikirannya dan kuat jasmaninya. Tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa adanya sebuah Negara dan pemerintahan yang eksistesinnya tegak diatas dasar-dasar islam? Jawaban bagi kita pertanyaan ini adalah, Islam yang agung telah mewajibkan kepada para pemeluknya untuk menjadi pemimpin di negaranya dan penguasa dibumi manapun mereka tinggal. Mereka harus mendakwahkan Islam, mengajak orang lain untuk masuk ke dalam Islam, hidup menurut ajarannya dan merasa tenang di bawah naungan petunjuk-Nya.

Ummat muslim, sesungguhnya memiliki potensi untuk memimpin bangsa dan ummat ini, asalkan mereka tetap melangkah dengan mantap menuju tujuan yang ditetapkan Alloh dan Rasul-Nya, dan bukan tujuan yang ditetapkan manusia, Bahwa ummat Islam harus memiliki Negara, tempat dilaksanakan syari’at yang harus di tumbuhkan ke dalam hati setiap orang yang mengaku dirinya muslim Untuk selanjutnya ummat Islam seluruh dunia berjuang mengembalikan system kekhalifahan yang telah di hancurkan oleh para thaghut yang durjana.
___________________________________
Referensi : (c) Menelusuri langkah-langkah Imam SMK
Oleh : Daamurrasysyi Mujahiddin

Sang Revolusioner Islam Indonesia(Imam Kartoswiryo)

8:45 AM Edit This 2 Comments »



Janganlah mengenal kabenaran karena seorang tokoh. Kenalilah kebenaran itu lebih dahulu, Niscaya akan kau kenali siapa ahlinya. - Ali Bin Abi Thalib -


Ulama sekaligus negarawan islam sejati tidak lepas dari yang namanya Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, beliau adalah orang kepercayaan HOS. Cokroaminoto yang aktif dalam kegiatan awalnya dalam partai politik pertama di indonesia, yaitu partai Syarikat islam indonesia (PSII). Beliau pernah menjabat Sekjen partai tersebut pada tahun 1931. Dan kemudian tetap duduk dalam pucuk pimpinan partai tersebut sampai pada tahun 1939, pada tahun beliau melihat sikap PSII yang sudah keluar dari prinsip perjuangan dasarnya yaitu Non Koopratif menjadi Koopratif, Kemudian Kartosuwiryo tetap meneruskan perjuangan PSII dengan memakai prinsip perjuangan aslinya adalah Non Koopratif kemudian dikenal dengan naman PSII / KPK (Komite Penyelamat Kebenaran) yang dengan itu cikal bakal berdirinya Hizbullah atau Tentara Islam.

PSII adalah perpanjang-tanganan dari SI dan SI sendiri perpanjang-tanganan dari SDI yang didirikan oleh H. Samanhudi dan HOS. Cokroaminoto, dengan prinsip Non Koopratif pada tahun 1904. Dan terhadap Muhammadiyah, sayap moderat Syarikat Islam (karena didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan, salah seorang anggota pucuk pimpinan SI dibawah Cokroaminoto) pun dikenakan disiplin organisasi. Sebabnya, karena Muhammadiyah menerima subsidi (uang) dari pemerintah Thaghut Kolonial Belanda mulai tahun 1926, disaat orang-orang lain melawan dengan sengitnya.

Bukan saja SI yang "marah" pada Muhammadiyah, tapi juga kaum pergerakan lainnya. Mr. A.K.Pringgodigdo, dalam bukunya yang terkenal :"Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia", mengatakan bahwa Muhammadiyah telah berada diluar pagar perjuangan. Penyakit "mengemis" dan meminta bantuan pemerintah itu tetap berlanjut sampai kini. Dan hal inilah yang melemahkan semangat juang Muhammadiyah, dan karena itu pula Muhammadiyah mudah mengikut arus dan mudah didikte sekalipun untuk mencoret asas Islam dari Undang-Undang Dasarnya sendiri. Ya, Oportunis, menjual diri dengan harga yang murah untuk membela yang bathil.

Sebagai orang yang konsekuen terhadap sikapnya, beliau Kartosuwiryo tetap meneruskan Prinsip dasar dari pemimpinnya HOS. Cokroaminoto (SDI) yang dengan itu cikal bakalnya berdiri Negara Kurnia Allah yang telah diproklamirkan pada tahun 1949, bahkan beliau Kartosuwiryo rela menyongsong maut ditembus peluru dalam memperjuangkan dan mempertahankan Negara Kurnia Allah atau disebut dengan Darul Islam yang telah diproklamirkan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.

Beliau tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962, setelah berjihad Qital bergrilya 13 tahun lamanya. Kemudian beliau menghadap Rabbnya pada bulan september 1962 dengan dieksekusi mati oleh pemerintahan Thaghut.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang syahid di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup, disisi Robbnyalah mendapat rezeki ( 3 : 169 )

Konon, Untuk berubah dari tuntutan hukuman mati, kepadanya diminta supaya bersedia mencabut bai'atnya dan membatalkan proklamasi Darul Islam. Tawaran itu beliau tolak, dan rela syahid ditembus peluru yang berlumur darah. Itulah dia sikap pejuang yang jantan dan Istiqamah, konsekuen dan konsisten dalam membela pendiriannya.

Bandingkanlah keteguhan pendirian Kartosuwiryo ini dengan sikap tokoh-tokoh Masyumi yang menyerah kalah dalam pemberontakan PRRI/RPI di Sumatera. Untuk keluar bebas dari tahanan politik, kepada mereka disodorkan surat perjanjian yang berisi antara lain : berjanji / berbaiat taat kepada Thaghut Pancasial dan UUD 1945. Mereka ternyata bersedia menandatangi perjanjian itu. Dengan ini mereka telah menjilat air liur mereka kembali. Padahal mereka telah dengan tegas menolak Pancasila dan UUD 1957. Jelas, mereka tidak Istiqamah, tidak konsekuen dan tidak konsisten.

Negara Islam

Darul Islam atau Negara Islam itulah puncak cita-cita Kartosuwiryo yang hendak dicapainya dengan perjuangan yang gagah berani. Sementara itu ada pihak-pihak yang sinis mengatakan bahwa Negara Islam itu tidak ada tersebut dalam Al Quran. Inilah bicara yang tidak bertanggung jawab karena kurangnya ilmu dan pengertian terhadap Al Quran. Yang amat menyedihkan, ucapan itu keluar dari kaum intelektual yang mengaku muslim, yang menggali ilmunya condong kepada kiblat Thaghut Sekuler Demokratis.

Bade Naros : Apakah dalam UUD 45 ada kata Pancasial? tidak ada! Kata Pancasial memang jelas tidak ada, tetapi bila orang mau mengerti dan membaca dengan teliti, maka jelas makna Pancasial ada dalam mukaddimah UUD_ujung2nya duit klo kata slank_45 itu.

Demikian pula dalam Al Quran, tak ada terdapat dan tertulis kata "Darul Islam" atau "Daulah Islamiyyah". tetapi bila orang mengerti dan mau mendalami pengetahuan agama Islam terutama tentang tafsir Al Quran, maka tak ragu lagi bahwa mereka akan banyak bertemu dengan ayat-ayat Al Quran yang mengarah dan menuju Negara Islam itu. Ya, dapatlah dikatakan bahwa seluruh ayat Al Quran diwahyukan Allah sebagai pedoman / petunjuk untuk membentuk masyarakat dan Negara Islam yang paripurna.

Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam Ad-Dien Islam secara total menyeluruh, dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah Syetan (QS.2:208)

Maksud total menyeluruh (kaffah) itu ialah dalam seluruh lapangan dan sektor kehidupan masyarakat dan negara, ummat islam harus Islami atau berdasarkan aturan Islam yang dengan itu akan menciptakan kultur dari segi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dll menjadi yang Islami sesuai dengan kehendak Allah. Sayangnya ayat ini tidak direnungkan dan diterjemahkan dalam kehidupan bermasyarakat dan perjuangan kaum muslimin. Kaum Intelektual yang mengaku Islam lebih senang mengguluti dan menghayati kitab-kitab yang bersifat duniawi atau kitab-kitab keagamaan yang ditulis oleh kaum Orentalis Sekuler yang anti Islam atau yang menuduh orang-orang yang ingin menerapkan ajaran Al Quran dan Sunnah secara Total dan Murni, Konsekuen dan konsisten sebagai "Fundamentalis dan Ekstrim".

Dan dalam Manifest politik Kartosuwiryo seperti yang disebutkan di atas tadi, jelaslah bahwa beliau mengajak ummat Islam untuk mencapai Mardhatillah, yaitu dengan menegakkan hukum Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasul. Itulah Cita-cita Kartosuwiryo yang ingin dicapainya dengan perjuangan yang gagah perkasa.

Kepribadian dan Analisa Psychologi:

Analisa psychologi yang dilakukan oleh Kaskodam VI/Slw. terhadap diri beliau sewaktu dalam tahanan, dapat bermanfaat. Tetapi bagaimanapun juga analisa ini tidak semestinya dipandang dengan penuh Obyektivitas, begitu pula sebaliknya. Analisa ini dimaksudkan untuk mengenal kepribadian serta tingkat kecerdasan tokoh sejarah ini. Tes dilakukan ketika Imam SMK berumur 59 tahun, dikamar tahanannya setelah tertangkap pada tanggal 4 juni 1962. Hasil evaluasi didasarkan pada penilaian dari tahun 1960. Disamping itu, juga melalui observasi dan analisa pembicaraan sewaktu diadakan introgasi oleh AS-1 KASKODAM VI/Slw. 27 Juni 1962. Dan Observasi sewaktu diadakan interview oleh PA ROKDAM VI/Slw 18 Juli 1962.

"Kecerdasan Kartosuwiryo, berdasarkan hasil evaluasi psychologi adalah bertarap tinggi. Mutunya tidak bertitik berat pada kemampuan akademis semata-mata, melainkan juga pada penggunaan fungsi-fungsi intelektual yang ada padanya. Mengingat pada umurnya yang sudah agak lanjut, fungsi intelektual ini masih tampak baik. Bahkan daya ingat, yang pada taraf umur ini biasanya sudah mulai berkurang, hanya memperlihatkan kemunduran sedikit. Didalam struktur kcerdasannya terdapat keseimbangan antara kemampuan yang bersifat teoritis dan yang praktis.

Faktor kedua yang menarik perhatian di dalam struktur intlegensinya ialah, bahwa kemampuan intuisi juga besar. Terutama dibidang inter human relation. Jadi dalam menghadapi manusia lain sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok yang ia secara intuitif dapat mengambil langkah-langkah yang paling sesuai dijalankan untuk dapat mencapai maksudnya. Faktor ini dapat memperkuat kedudukannya sebagai pimpinan. Intuisi yang kuat ini juga menyebabkan, interest terhadap mistik dan metaphysik ada. Akan tetapi dilain pihak, rasionalitasnya demikian besar sehingga daya kritik yang obyektif tetap terpelihara.

Segi lain dari pada struktur intlegensinya yang pantas disebut adalah, jalan fikirannya yang sangat kausal. Kausalitasnya bertitik tolak pada prinsip-prinsipnya, sehingga pembahasan segala persoalan dilakukannya menurut garis-garis tertentu yang tidak dapat dirobah lagi. Dengan demikian, suatu problem tertentu, bagi dia, mempunyai suatu cara pemecahan yang tertentu pula. Tindakan-tindakannya yang konsekuen dapat dipandang dari sudut ini. Itu sebabnya ia dapat menunjukan akal dan siasat yang tepat untuk mengatasi problema-problema yang nyata. Ia adalah seorang intelektual yang sangat produktif.

Sebagaimana manusia umumnya, SM. Kartosuwiryo juga memiliki emosi. Tetapi karena kuatnya kontrol rasional terhadap pergolakan emosinya, meyebabkan ia tidak mudah terangsang oleh kejadian-kejadian sekitarnya. Secara pisik ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dimana ia berada. Berkat intelegensinya yang penuh dengan perhitungan dan pertimbangan yang konkrit, maka ia mampu menghadapi dan menerima situasi aktual secara obyektif, tanpa mengalami perasaan-perasaan defresif.

Hasil evaluasi psychologi seperti yang sudah dikutip diatas terhadap pribadi SM.Kartosuwiryo menunjukan, bahwa motivasi dan kesadaran spritual yang menjadi dasar harakah Darul Islam, berpengaruh nyata terhadap kehidupan individu muslim. Memang kesadaran demikian akan bereaksi dalam jiwa seseorang yang menghendaki agar setiap individu memiliki intuisi yang peka, yang dengan itu dapat membedakan "yang ini benar dan yang itu salah", serta dapat merasakan antara yang indah dan yang buruk. Bukankah Islam mengajarkan cara paling utama untuk menghubungkan hati seorang muslim dengan khaliqnya, yaitu dengan mujahadah, mendidik instuisi yang peka dan perasaan halus. Pemikiran Islami dapat meningkatkan dan mendorong kepada penemuan baru yang dapat mempengaruhi alam dan mengetahui rahasianya. Karena itu manusia muslim diwajibkan agar senantiasa menjaga ibadah dan mengikuti perintah Allah guna meningkatkan intuisi, mempelajari apa-apa yang dapat memperluas wawasan pengetahuan, agar pengamatannya semakin luas, tajam serta menjangkau kedepan.

Dalam hubungan ini, kiranya baik bila kita kutip ungkapan seorang ulama ketika menyifati diri Rasulullah SAW. Manusia seperti Muhammad SAW,,,katanya : rahmat adalah jiwanya, keadilan adalah syariatnya, kasih sayang nalurinya, keluhuran budi amal perbuatannya dan derita manusia kebaktian ibadahnya. Adapun sistem kehidupannya, merenung dan mendengar bisikan halus yang datang dari dalam hakekat itu sendiri. Sedangkan Abu Bakar ra. sistem kehidupannya ; tafakkur dan mendengarkan hikmah dari mulut hukma dan logika orang-orang shaleh yang berpandangan tajam.

Dapat pula ditambahkan disini. Berdasarkan pengakuan pembantu-pembantu dekatnya, diantara ciri kepribadian Imam SM. Kartosuwiryo yang paling menonjol, beliau menyukai hidup sederhana, baik dalam hal makanan maupun pakaian.Postur tubuhnya sedang, rambutnya ikal dan bicaranya pelan tapi jelas. Tidak banyak bicara. Apabila berjalan menundukan kepala, tenang tanpa gaya. Manakala berada ditengah-tengah prajuitnya, beliau jarang dikenal karena tak pernah menonjolkan diri hanya karena jabatannya lebih tinggi.

Dalam salah satu wawancara dengan seorang tokoh Darul Islam, beliau menggambarkan kepribadian Imam SM.Kartosuwiryo dan berkata:"Bapak -Panggilan beliau untuk Imam SMK - adalah seorang yang sangat konsekuen dengan keyakinannya. Musyawarah merupakan tabiatnya. Belum pernah beliau mengambil keputusan apapun, tanpa bermusyawarah dengan para sahabatnya. Selama mengikuti beliau, saya menyaksikan ketekunannya dalam beribadah kepada Allah. Membaca Al Quran secara teratur, shalat tahajjud, istikharah serta puasa sunnah. Kebiasaan lainnya, beliau senang berolah raga sehingga fisiknya termasuk paling perkasa dan sangat kuat. Sedangkan sesuatu yang paling dia benci, Apabila putusan musyawarah dilanggar atau tidak dilaksanakan.

Info Penting

Bagi Santri yang masuk Obrolab,jika mau sambil buka facebook,,dan tidak mau meninggalkan obrolan santri,,klik saja tanda + di Box obrolan,pilih pop-up shoutbox,Bagi Para Santri yang masuk di obrolan santri,jika ada masalah dengan Obrolan,,Lihat gambar dibawah!!! Dengan catatan jika ada masalah,Klik login di pojok atas,masukan ID, santrial-ihsan ,,Pasward ,,12344321 ,,oke !!!Jika mengerti,Klik saja Langsung Gambarnya Selamat berkomunikasi Ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Klik Di Gambar Ini

Album Photo Santri Al-ihsan

Make books online at Bookemon

Obrolan Di Facebook

Obrolan Pengunjung Tercinta


ShoutMix chat widget